“Brain Rot”: Ancaman Digital terhadap Ketahanan Nasional Indonesia
Oleh : M Al Husaini
Praktisi Digital dan Transformasi AI Sektor Publik/Tenaga Ahli DPR RI
Jakarta – Di balik kemajuan teknologi yang pesat dan arus informasi yang tak henti mengalir, Indonesia menghadapi ancaman baru yang tak kasat mata: “brain rot” atau pembusukan otak. Fenomena ini, yang oleh para ahli didefinisikan sebagai penurunan fungsi kognitif akibat konsumsi berlebihan konten digital dangkal, kini menggerogoti generasi muda dan membayangi masa depan bangsa.
“Brain rot” bukanlah isapan jempol belaka. Studi menunjukkan bahwa paparan digital berlebihan dapat menyusutkan volume materi abu-abu di korteks orbitofrontal, area otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pengendalian impuls (Rubin, 2023). Tak hanya itu, kebiasaan scrolling tanpa henti di media sosial memicu pelepasan dopamin yang berlebihan, menciptakan kecanduan yang melemahkan fokus dan daya ingat (Ophir, 2023).
Algoritma media sosial, yang semakin canggih berkat teknologi Big Data dan Artificial Intelligence (AI), semakin memperparah fenomena ini. Algoritma tersebut menyajikan konten yang disesuaikan dengan preferensi individu, menciptakan “filter bubble” dan “echo chamber” yang membatasi paparan pengguna pada informasi yang sejalan dengan pandangan mereka. Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dan objektif terkikis, dan polarisasi semakin meruncing.
Dari Pendidikan hingga Ketahanan Nasional: Dampak “Brain Rot” yang Multidimensional
Dampak “brain rot” merembet ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga ketahanan nasional. Di bidang pendidikan, “brain rot” menghambat perkembangan generasi muda. Studi Harvard University menunjukkan bahwa konsumsi konten berkualitas rendah dapat menurunkan kemampuan analitis dan kreativitas (Harvard University, 2023).
“Brain rot” juga mengancam ketahanan nasional. SDM berkualitas tinggi adalah fondasi bagi daya saing bangsa dan ketahanan di hadapan ancaman ideologi asing dan disinformasi. “Brain rot” justru mengikis kualitas SDM, meningkatkan kerentanan terhadap disinformasi, dan melemahkan kohesi sosial.
Integritas dan Privasi Data: Menjaga Kedaulatan Digital di Era “Brain Rot”
Di era “brain rot”, masyarakat semakin rentan terhadap penyalahgunaan data pribadi. Demi “entertain” dan “kenikmatan sesaat”, mereka dengan mudah menyerahkan informasi pribadi kepada pihak asing melalui berbagai platform digital. Kebocoran data pribadi dapat menimbulkan ancaman serius bagi ketahanan nasional, baik dalam bidang intelijen, politik, maupun ekonomi.
Generasi Milenial: Agen Perubahan dalam Membangun Ketahanan Nasional di Era Digital
Generasi milenial memiliki peran strategis dalam mencegah “brain rot” dan memperkuat ketahanan nasional. Mereka adalah pengguna teknologi yang paling aktif, sekaligus agen perubahan yang kreatif dan inovatif. Penguasaan literasi digital menjadi kunci bagi generasi milenial untuk menavigasi dunia maya dengan bijak, memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan nilai-nilai Bela Negara dan Wawasan Nusantara, serta mengembangkan kewirausahaan digital. Penguatan pendidikan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila juga sangat penting bagi generasi milenial.
Solusi Komprehensif: Mencegah “Brain Rot” dan Membangun Ketahanan Nasional
Dibutuhkan pendekatan multidimensional yang melibatkan seluruh elemen bangsa untuk mengatasi “brain rot” dan memperkuat ketahanan nasional di era digital.
Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:
Detoks digital:Masyarakat perlu diajak untuk membatasi penggunaan gawai dan menyeimbangkannya dengan aktivitas offline yang merangsang otak, seperti membaca buku, berolahraga, dan berinteraksi sosial.
Literasi digital: Pendidikan harus membekali individu dengan kemampuan menyaring informasi, mengidentifikasi hoaks, berpikir kritis, dan menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.
Regulasi teknologi: Pemerintah perlu mengatur platform digital dan mendorong algoritma yang bertanggung jawab, transparan, dan mengutamakan kepentingan pengguna.
Penguatan nilai-nilai kebangsaan: Pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai Pancasila, gotong royong, dan musyawarah sangat penting untuk membangun ketahanan nasional dan mencegah polarisasi.
Kolaborasi multisektor: Pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat harus bersinergi dalam upaya mengatasi “brain rot” dan memperkuat ketahanan nasional.
Bela Negara dan Wawasan Nusantara: Fondasi Ketahanan Nasional di Era Digital
Konsep Bela Negara dan Wawasan Nusantara menjadi fondasi penting dalam membangun ketahanan nasional di era digital. Bela Negara menumbuhkan rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa, dan kesiapan membela negara, termasuk di dunia maya. Wawasan Nusantara mendorong persatuan dalam keberagaman dan pemanfaatan teknologin Untuk kemajuan bangsa.
Kewaspadaan Nasional: Kunci Ketahanan di Dunia Maya
Kewaspadaan nasional juga krusial dalam menghadapi ancaman digital, termasuk “brain rot”. Peningkatan literasi digital, penguatan sistem pertahanan siber, dan penegakan hukum yang tegas merupakan langkah penting untuk menjaga kedaulatan dan stabilitas Indonesia di dunia maya.
Kesimpulan dan Rekomendasi: Membangun Generasi Digital Indonesia yang Tangguh
“Brain rot” adalah tantangan nyata yang menuntut respons cepat dan komprehensif. Dengan menerapkan strategi yang tepat, menguatkan nilai-nilai kebangsaan, dan meningkatkan literasi digital, Indonesia dapat melindungi generasi mudanya dari jerat “brain rot” dan memastikan ketahanan nasional di era digital. Pemerintah perlu mengambil langkah konkret, seperti mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan digital, mengembangkan program “Transformasi Digital Desa”, menyelenggarakan simposium budaya digital nasional secara berkala, membentuk jaringan “Duta Digital Nusantara”, mengembangkan sistem “Pengawasan Digital Kolaboratif”, merancang kurikulum “Etika Digital Nusantara”, dan meluncurkan program “Kepemimpinan Digital Daerah”.
Dengan mengintegrasikan perspektif Kewaspadaan Nasional, upaya-upaya ini akan meningkatkan ketahanan individu dan masyarakat terhadap ancaman “brain rot”, serta memperkuat fondasi ketahanan nasional Indonesia. Generasi digital Indonesia harus menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreatif, dan berkarakter, sehingga mampu menavigasi era digital dengan bijak dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.